SMJ #3 - With(out) Love

Waktu liburan panjang telah habis. Kembali ke kantor, kembali ke kampus. Namun suasana lebaran belum juga memudar karena memang kita masih berada di bulan Syawal. Menjadi sebuah kewajaran saat masih terasa menu-menu makanan yang saat lebaran kemarin kita santap.

Apa menu khas lebaran favorit kamu? Opor ayam dengan ketupat? Atau makanan ringan kue-kue kering yang khas lebaran seperti castengel, nastar, putri salju? Atau kamu tipe yang tidak  terlalu suka ambil pusing, makanan apapun yang disajikan akan kamu lahap, seakan rengginang dalam toples Kh*ng Guan cukup untukmu. Apapun menu makanan favoritmu di momen lebaran ini pasti akan kamu nikmati. Seakan penantian dari lebaran tahun lalu terbayar tuntas saat lebaran tahun ini berhasil menikmati nastar kesukaanmu. Sukses menikmati gurihnya castengel favoritmu. 


Lebaran juga identik dengan saling mengunjungi rumah keluarga/saudara. Dari rumah nenek, ke rumah saudara tertua, dari keluarga ayah hingga keluarga ibu. Makanan demi makanan telah sukses transit di dalam perutmu yang makin lama terasa lebar-an juga.

Seakan ingin rasanya untuk menolak tawaran makanan pada saat berlebaran, namun karena menghargai niat baik pemilik rumah, mau tidak mau kita akan makan walau dalam keadaan yang tidak lapar. Pun kita juga masih bisa menikmatinya, walau pada awalnya kita enggan.

Aku juga percaya walaupun kamu tidak begitu suka kue putri salju misalnya, saat berkunjung berlebaran ke rumah saudara, tapi saat kamu ditawari kue itu, mau tidak mau, paling tidak kamu mengharuskan dirimu untuk sekedar mencicipi satu potong kue putri salju itu. 

Datang lagi ke rumah saudara yang lain, kamu ditawarkan menu yang baru. Belum pernah kamu dengar. belum pernah kamu cicipi sebelumnya. kamu memutuskan untuk mencoba makanan yang baru untukmu itu. Bagaimana rasanya? Jika enak, alhamdulillah, namun jika tidak sesuai selera, tetap alhamdulillah, karena kamu sudah mendapatkan pengalaman baru.

Jadi apapun makanannya,
mau kita suka atau tidak begitu selera,
baik kita dalam kenyang atau lapar,
baik itu menu yang baru atau tidak,
kita tentu masih bisa (mencoba) menikmati makanan apa saja selama dalam kategori halal.


Bagitu juga dengan mencintai seseorang.
Kita bisa mencintai siapa saja.
Baik yang sesuai dengan selera kita atau tidak.
Baik kita merasa sedang membutuhkan pasangan atau tidak,
Baik yang kita kenal sebelumnya ataupun tidak.

Kenapa? cinta terbentuk karena ada interaksi. Kita bisa berinteraksi dengan siapa saja. Dengan interaksi inilah kita akan menemukan - minimal 1 hal - yang kita sukai dari lawan jenis, yang kemudian bisa menjadi modal kita untuk bisa mencintainya.

Allah yang menanamkan rasa cinta pada hati-hati manusia yang berada di jalur hawa nafsu. Dalam Islam, hawa nafsu harus dikendalikan dengan akal dan iman

Jadi saat kita merasa jatuh cinta dengan lawan jenis adalah hal yang sangat wajar. Sama wajarnya ketika manusia merasakan lapar dan membutuhkan makanan. Keduanya berangkat dari dorongan hawa nafsu, maka, jika kita yang mengaku beriman kepada Islam, kita diperintahkan untuk mengendalikan cinta kepada pasangan dengan akal dan iman.

---

Anggaplah kita mengaku sama-sama sangat menyukai dua menu ini, Ind*mie goreng dan Pizza. 

Anggaplah pada suatu kesempatan kita berada dalam keadan kelaparan.
kondisi lapar yang sampai bikin lemas, kepala berputar, atau badan gemetaran. Tidak ada solusi lain selain makan.

dan anggaplah pada saat itu, di rumah kita sudah dan hanya tersedia Ind*mie goreng dan Pizza sebagai 2 opsi untuk kita santap.

Mulut kita hanya satu. Kita hanya bisa memasukkan satu makanan pada satu waktu. Akan tergolong orang yang melewati batas jika saking menyukai kedua makanan tersebut, kita memilih memasukkan dua makanan itu ke dalam mulut dalam satu waktu yang bersamaan.

Tidak. Aku percaya betul, kamu bukan tipe orang yang rakus seperti itu.
Kita dituntut untuk memilih satu. makanan mana yang pertama kali kita makan pada saat lapar., Ind*mie goreng atau Pizza?

Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam apapun, maka kita pun memilih satu makanan tersebut. Memilih berdasarkan skala prioritas mana yang lebih mengenyangkan, mana yang lebih bermanfaat untuk tubuh, maka pizza-lah yang kita pilih untuk dimakan pertama kali. Jika dua slice pizza sudah tandas, apa yang selanjutnya kamu santap, murni perkara pilihan masing-masing. 
Rasa lapar telah memudar. Kebutuhan kita bisa dibilang sudah terpenuhi. Maka jika selanjutnya kita memilih Ind*mie goreng, ya silahkan saja. Dengan tidak melupakan resiko dampak buruk bagi tubuh.

Aktivitas mengontrol hawa nafsu makan yang remeh temeh saja, diatur dalam Islam, apalagi mengontrol hawa nafsu cinta kepada lawan jenis. 

kepada pasangan yang seperti apa kita diizinkan untuk mengekspresikan cinta - yang seiman atau tidak?

lewat jalur apa jika kita ingin mengekspresikan cinta ke lawan jenis -  menikah atau pacaran

bagaimana cara membuktikan cinta tersebut? semua sudah di atur dalam Islam. Tidak sedikit dalil tentang larangan dan perintah yang berhubungan dengan lawan jenis. Semuanya mendatangkan kebaikan dan manfaat untuk manusia baik di dunia dan di akhirat.

---

Pada dasarnya, kodrat manusia membutuhkan lawan jenisnya untuk mendampingi hidupnya, dengan ada atau tidak ada cinta sebelum pernikahan. Hal ini disadari kedua pasangan karena menikah adalah bentuk ibadah/taat kepada Allah.

Menurut syariat Islam, untuk menikahi calon pasangan, tidak diharuskan ada cinta terlebih dahulu. Asal syarat agama dan akhlaqnya baik, maka silahkan menikah. Menikah dimudahkan karena cinta bisa tumbuh dengan sendirinya akibat menjalankan perintah-perintah Allah dan sunnah-sunnah Rasul sebagai bentuk taat pasutri tersebut kepada Rabbnya. 

Namun, jika kita mampu menghadirkan cinta kepada calon pasangan sebelum menikah. Ini yang namanya surga dunia dan akhirat. Selain menjalani kehidupan pernikahan sebagai ibadah, kita bisa bahagia juga dalam beribadah karena kita mencintai pasangan kita secara manusiawi. Ada hal-hal duniawi yang melekat di pasangan kita yang membuat kita semakin mudah untuk mencintai dan beribadah dalam rumah tangga.

Jadi khusus buat kamu yang jomblo.
Entah kamu lagi merasa butuh calon istri/suami atau tidak
Saat kamu mulai mencari calon pasangan, carilah yang bermanfaat banyak untuk kamu. bermanfaat dunia dan akhirat. 
Kenapa?
Karena kejar akhirat boleh, tapi jangan lupa menapaki bumi
Kamu tuh menikah bukan untuk ibadah saja. Pastikan ada hal duniawi yang nalurimu sebagai manusia menyukai dari hal duniawi calonmu itu, entah parasnya, perangainya, suaranya, masakannya, kesopanan, kelembutannya, dsb
.
Harus ada hal duniawi yang melekat pada dirinya yang membuat kamu semakin nyaman untuk terus menerus berinteraksi bersamanya, bertahun-tahun.

---

Jadi, saat ada pizza, kenapa memilih Ind*mie goreng?
Saat ada yang bisa bikin kamu bahagia dunia & akhirat, kenapa memilih salah satu dari dua?
karena satu/beberapa hal duniawi yang kamu sukai dari pasanganmu itulah yang akan menyelamatkan pernikahanmu di tahun ke 20an, 30an, 40an pernikahan, dan seterusnya.

jika sudah saling sepakat menikah untuk ibadah, bentuk taat kepada Rabb.
dan jika ditunjang dengan hal duniawi yang kita sukai kepada pasangan menjadi kombinasi lengkap untuk menjaga keutuhan bahtera rumah tangga, insyaAllah.

Jodoh itu takdir ikhtiar (pilihan)
Iya betul siapa jodoh kita sudah tertulis di Lauh Mahfudz.
Sama halnya seperti sudah tertulis juga di Lauh Mahfudz menu makanan kamu hari ini. Semuanya sudah tertulis dari kamu bayi hingga wafat nanti. 

bingung mengenai takdir?
jangan, kan udah pernah kita bahas di sini :)

Jadi jangan salahkan Tuhan saat kamu mendapatkan jodoh yang tidak bisa membahagiakan kamu dunia dan akhirat.
Sama halnya tidak bisa kita menyalahkan Tuhan kenapa kamu sakit perut karena terlalu banyak makan Ind*mie goreng, padahal pada saat bersamaan ada pizza yang (cukup) sehat jika dibandingkan dengan mie instan tersebut.

Selamat memilih.
Semoga kamu, aku, dan kita semua bisa bijak dalam memilih. Aamiiin.

Popular posts from this blog

SMJ #4 - Nukilan Sandungan

Meninjau - Coffee Shop : Antara Takdir dan Upaya Pencegahan Depresi

SMJ #2 - Cinta yang (tak) usai