Peduli untuk Tidak Peduli

Ada satu hal
Yang unik dan terberat

Saat hadir, hal itu dirasa kini
Bukan nanti, bukan tadi
Namun butuh kontinu, agar lestari

Saat hadir,
Ia terlintas cepat, sekejap

Jika hal itu terpatri dalam jiwa,
Tak sempat berkeluh kesah,
Tak terasa hal itu ternyata ada

Hal terberat itu tidak peduli
Ada atau tidaknya yang menilai
Dekat atau jauhnya yang mengawasi
Banyak atau sedikitnya yang beratensi

Tak peduli siapapun yang ada di sisi.
Kanan atau kiri.
calon istri
calon suami
atau pejabat negeri

Tak peduli akan mendapat apa.
Kerelaan dalam memberi
Tanpa berharap keuntungan
Kerelaan tanpa timbal balik
Usaha yang terbaik dari yang terbaik.

Mau dapat medali
atau mati
Kita hanya bisa lakukan aksi

Belajar peduli untuk tidak peduli

Hal itu tidak perlu dicari.
Hal itu ada di sini

Hal itu tidak memaksa
Apalagi merongrong tuhan kabulkan segala asa

Oh Tuhan, kenapa ini terjadi padaku?
“kenapa tidak? Aku tahu kemampuanmu”, jawabNya yakin

Oh Tuhan, kapan inginku terwujud?
“belum waktunya. Aku tahu kapan yang terbaik, dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan-Ku” jawabNya

Hal unik dan terberat itu ikhlas
Ihkhlas itu cinta

Sama seperti cinta pada umumnya,
Butuh pembuktian dan aksi nyata.
Bukan sekedar di lisan.
tapi banjiri bukti tanpa banyak alasan.


---

Dan pembuktian keikhlasan seorang hamba dalam beribadah (baca: beraktivitas sehari-hari) kepada Tuhannya, terletak pada kualitas kemampuan sabar dan syukur dari setiap kita.

Semoga kita senantiasa diberi kesanggupan memurnikan hati untuk selalu bisa mencintaiNya, yang sejatinya pemilik fisik ini, lisan ini, hati ini.
Aamiiin.



Popular posts from this blog

SMJ #4 - Nukilan Sandungan

Meninjau - Coffee Shop : Antara Takdir dan Upaya Pencegahan Depresi

SMJ #2 - Cinta yang (tak) usai