kata siapa "hidup gak boleh lihat ke atas"?

Gak terasa yaa hari ini sudah masuk Ramadhan hari ke-11. Semoga terus menjadi bahan renungan harian kita, sudahkah dalam 10 hari awal Ramadhan tahun ini kita sudah murni mentauhidkanNya? menjalankan perintahNya? Selebrasi gol Mohamed Salah aja bermakna doa dan sekaligus mentauhidkan-Nya. Ya walaupun doi gagal bawa timnya mendapatkan trophy champion karena  dicederai dengan dzolim sama Bang Ramos 😄. #curcol #SKIP.


Bagaimana sih taunya apa-apa saja perintah dan larangan dari Tuhan? Jawaban pertama pasti bersumber dari Al-Quran, karena Al-Quran adalah firman Tuhan sebagai petunjuk bagi manusia, agar manusia mampu jadi manusia seutuhnya, sesuai fitrahnya, agar mampu menyiapkan bekal terbaik untuk kembali ke kampung halaman anak-cucuk Adam, Surga.

Maka dari itu akan jadi semakin aneh saat ada manusia yang mengaku beriman, berislam, lalu percaya akan adanya surga dan neraka, lalu bercita-cita memasuki surga Firdaus agar mendapat fasilitas bertemu langsung dengan Allah dan RasulNya tanpa sekat, NAMUN gak pernah (minimal 1 KALI SAJA sebelum nyawanya berakhir) membaca dan mempelajari ayat-ayat Al-Quran secara tuntas dari Al-Fatihah sampai An-Naas, yang sejatinya petunjuk hidup bagi yg beriman, agar kita bertakwa, agar kita selamat dan sukses dunia dan akhirat.

Bulan Ramadhan juga identik dengan bulannya Al-Quran. Saking penting dan banyaknya kebaikan dalam bulan Ramadhan ini, sampai-sampai Rasul Muhammad mengingatkan kita ada 3 cara kita untuk berinteraksi dengan Al-Quran.

1. Memperbanyak Qiro’ah – baca saja (dengan benar). Tanpa tau makna.

Nabi saja yang sudah pasti dijamin masuk surga mengkhatamkan bacaan Al-Quran saat bulan Ramadhan, masa kita yang amalannya masih gitu-gitu aja, dekat dengan maksiat dan fitnah (baca: ujian hidup) masih tidak mau tidak bisa mengalokasikan waktu untuk khatamkan bacaan Al-Quran minimal satu kali saja di bulan yang penuh berkah ini? 😊

Kenapa nabi menyarankan untuk memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadhan? karena di bulan ini semua pahala kebajikan/amal shalih dilipatgandakan. Seperti yang kita sudah ketahui dari Al-An'am Ayat 160,
"Barangsiapa mengerjakan 1 amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya..."

Namun jika ada teman atau saudara kamu tanya,
"lalu bagaimana hitungan kebajikan/amal shaleh dalam membaca Al-Quran? dihitung per ayat kah? per surat kah? per juz?"
jawabannya ada di HR. at-Tirmidzi, no. 2910.
Pada saat kita membaca Al-Quran pahala dihitung per huruf  yang kita baca, bukan per ayat. dan satu hurufnya diganjar 10 kebaikan.  
Contoh, saat kita membaca “Alif laam miim” kita sudah mendapat 30 pahala. bukan 3 pahala 😊
Namun jika ada teman atau saudara kita yang memilih tidak memprioritaskan membaca Al-Quran karena masih terbata-bata/belum lancar, mohon sampaikan kepadanya, Allah yang Maha Adil mengganjar 2X lipat pahala dari yang membaca Al-Quran dengan lancar. 
mengapa?
dalilnya ada di HR. at-Tirmidzi, no. 2920. Menurut ulama pelebihan 2 kali lipat dinilai dari niat dan usaha keras dari pembacanya yang terus bersusah payah membaca ayat-ayat Al-Quran. Walau belum bisa lancar, Ia tetap ingin baca, tetap ingin melaksanakan perintah Allah (baca: ibadah) untuk membaca Al-Quran. Ada poin “belajar” di sini. Inilah bentuk keadilan Tuhan, karena jangan sampai ada orang yang mengaku lancar baca Al-Quran tapi menganggap tidak ada waktu untuk membaca Al-Quran, naudzubillahimindzalik.

jadi? lebih baik gak lancar baca Al-Quran dong, kan pahalanya lebih banyak?
nah bukan begitu. karena bagi yang lancar dan benar membaca Al-Quran, menurut HR. Muslim seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia.

Namun, kabar baiknya adalah, 2 hadist di atas itu bersifat umum di luar bulan Ramadhan, saat memasuki bulan Ramadhan terdapat hadist khusus yang menjadikan ibadah membaca Al-Quran memiliki lipatan ganda pahala yang luar biasa banyaknya.
Ditemukkan di hadist qudsi 
hadist muslim no 1151
hadist bukhori no 1793
hadist ibnu majjah no 1638  
“…puasa itu hanya ditujukan untukKu, dan Aku akan memberi pahalanya langsung, minimal akan aku beri 10X lipat dari hari biasa..."
adapun kelipatan pahala yang akan diberi menurut prerogatifNya, karena bisa berbeda-beda setiap orang dalam pemberian pahalanya tergantung kadar keikhlasan hamba-hambaNya

Jadi singkatnya adalah, saat di luar bulan Ramadhan kita membaca “Alif laam miim” kita mendapat 30 pahala, maka MINIMAL saat bulan Ramadhan ini kita akan mendapat 300 pahala. ya, itu minimal. 😊
Tapi janganlah kita terjebak dan/atau terfokus dengan hitung-hitungan pahala ini, fokus saja melakukan segala jenis rangkaian ibadah yang dilakukan sebagai bukti abdi kita kepada Tuhan, sebagai bukti dari persaksian kita akan dua kalimat syahadat dengan mempersiapkan bekal terbaik untuk menuju kampung halaman kita, surga.

kalau ada teman kamu tanya, "Apa sih pentingnya pahala? dari dulu ngomonginnya pahala mulu, pahala deui." akan ku coba jawab di tulisan yang lain yaa, insyaAllah.. 😊

itulah sebabnya mengapa ada yang melaksanakan tarawih membaca 1 juz dalam 1 malam yang dibagi menjadi 8 rakaatnya, ya karena untuk mengincar limpahan pahala tersebut. Maka, selagi baru di hari ke-11 ini, yuk cari imam yang bacaannya bagus, yang baca 1 juz setiap malam tarawihnya, karena berita baiknya, bacaan imam itu mewakili bacaan makmum. Jadi, saat kita jadi makmum imam yang shalat tarawihnya baca 1 juz setiap tarawih berjamaah, kita mendapatkan pahala membaca 1 juz Al-Quran juga secara bersamaan, masyaAllah. :") #AllahMahaBaik

Setelah kamu mulai ikutan shalat tarawih yang 1 malam 1 juz, lalu mungkin teman kamu ada yang komentar,
“pegel kali diri kelamaan, mending juga tarawih biasa aja, baca surat-surat pendek dari juz amma aja. Gak berdiri kelamaan, 30 menit atau sejam tarawih udah cukup. beres. kan pahalanya udah banyak banget tuh, lumayan dehh…”
Yaa tinggal bilang aja ke temanmu itu..
“iya bener kita sama2 dapet pahala tarawih, tapi alhamdulillah bacaan imam gue lebih banyak, jadi alhamdulillah pahalanya juga lebih menenangkan hati.”

Terus dia bilang “ya kan besok bisa tarawih lagiii.. repot amat, kan yang penting, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” 

Tinggal kamu jawab, “iya bener kok kamu, tapi besok kan kita gak tau ada nyawa atau enggak buat tarawih lagi.. 😊”

2. Tilawah – mentadaburi bacaan quran dengan makna. memahami dan mengkaji maknanya dengan baca tafsirnya lalu senantiasa mengaplikasikannya dalam hidup.

Jadi tidak hanya dibaca teks Al-Quran (arab)nya saja, tapi juga dibaca arti dan tafsirnya. Baca satu ayat, baca artinya, baca 1 ayat lagi, baca artinya.
Ini lebih nikmat dan aplikatif sekali kita lakukan walaupun di tengah kesibukan aktivitas harian kita.
Apalagi udah ada aplikasi quran kan di hp kita?
InsyaAllah bisa kok,  bagi yang mau berusaha, bagi yang mau, bagi yang butuh. man jadda wa jadda. 


sesibuk apa sih kita sampai gak sempat membaca petunjuk hidup yang gak ada keraguan di dalamnya?

3. Mentadaburi + menghafal Al-Quran

mungkin menghafal Al-Quran 30 juz dalam 1 bulan cukup berat untuk sebagian dari kita yang dipadatkan dengan aktivitas duniawi. Paling tidak, tambahlah hafalan surat-surat kita, jangan stuck hafalan surat atau ayat kita mentok di surat-surat pendek di 2-4 halaman terakhir kitabullah saja. Coba hafalkan surat-surat di juz amma yang lain, atau surat Ar-rahman atau Al-kahfi. Kan lumayan buat menggerakkan lisan kita selama perjalanan ke kantor, dari pada nyanyi terus-terusan atau dengerin lagu yang kurang bermanfaat, kan mending sambil menghafal surat/ayat Al-Quran, bukan? Kan jadi lebih bermanfaat, biar lebih disayang sama yang Maha Pelindung. yang Maha Penyang. yang Maha Pengampun.

Tak masalah dan tak peduli bagaimana kualitas dan kuantitas ibadah ramadhan kita tahun-tahun yang lalu atau 10 hari terakhir ini, tapi kita semua masih punya kesempatan yang sama untuk mendapatkan limpahan Rahmat dari Allah pada Ramadhan tahun ini, yang bisa jadi Ramadhan terakhir kita.

Jikalau ada orang-orang yang sedang fokus menyiapkan bekal amal shaleh, itu pasti karena mereka tidak mau kalah dengan orang-orang terdahulu, berlomba-lomba dengan semangatnya mengharapkan Rahmat Tuhan, maka dimana posisi kita?
coba lihat ke atas dalam urusan akhirat, betapa kerdilnya kita, betapa minimnya bekal untuk dibawa ke kampung halaman, surga.
merasa cukupkah kita dengan amalan yang standar-standar saja?
naudzubillahimindzalik.
wallahu 'alam.
semoga bermanfaat

Popular posts from this blog

SMJ #4 - Nukilan Sandungan

Meninjau - Coffee Shop : Antara Takdir dan Upaya Pencegahan Depresi

SMJ #2 - Cinta yang (tak) usai