Terlambat, Tak mengapa
Ku lihat janjiNya atas nama waktu
di halaman hampir terakhir dalam tumpukan firmanNya
Kebanyakan dari jenisku akan merugi, kataNya
Siapa yang ingin merugi?! Pongah
Ku tak akan buat hal yang sia-sia
Mengaku pandai
Mencari celah dalam menuntaskan perintahNya
Tuntaskan kewajiban.
Untuk selesaikan perkara.
Ku baca kalimat-kalimat penuh repetisi
dalam diri, ruku’, dan sujudku.
Bukan bulanan, bahkan tahunan
Iterasi dalam kehampaan arti
Tidak satupun ku pahami
Kemana aku saat mengucapkan takbir?
Dimana aku saat berkomunikasi denganNya?
Jiwaku mangkir menghadapNya
Meninggalkan raga berdiri tegak
Menipu diri sendiri, dalam kefakiran ilmu
Takbir lagi - membungkukkan badan
Kata mereka ini syahdu
Bentuk taat
Syukuri nikmat
Permohonan taubat
Takbir lagi - Menjatuhkan kening di muka lantai
Kata mereka ini damai
Puncak terdekat hamba dengan Yang Maha Mencintai.
Tempat berterima kasih dan ajukan keinginan diri
Kupaksa akal dan hati bekerja lebih keras
Aku bukan robot yang hanya berkata di hujung lisan
Aku punya hati untuk merasa, lalu kurasakan hampa
Ku selisik mengapa?
Hatiku berteriak, “aku tak paham apa yang kau ucap wahai lisan yang merugi!”
Akalku memekik, “apa maksud gerakan-gerakan tubuhmu itu?!”
Aku mulai merasakan cintaNya
Namun aku tersesat dalam rasa hambar
ternyata aku lemah dan bodoh tanpa cintaNya
Terlambat, Tak mengapaMenggali ilmu
Asal kesempatan masih di depan mata
satu-satunya solusi
Sungguh tak ingin ku langsung menyalahkan musuh nyataku, Khanzam
Sekarang aku lebih benci terhadap diriku sendiri,
berlumur dosa
Menutup hatiku menerima cahayaNya
Membebani diriku untuk tunduk padaNya
Terlambat, Tak mengapa.Wahai Pemilik Cinta
Asal di kehidupan berikutnya
Aku tak akan jadi kaum yang celaka
Izinkan aku menikmati kasihMu
saat diri, ruku’ dan sujudku,
Di sisa umur hidupku.