Hijrah? Kok Gitu?





Baru aku sadari netizen kini merasa gerah menghadapi isu hijrah yang sering hinggap di layar gawai kita. Kata #hijrah selalu mudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Ada tweet tentang nikah muda, dikaitkan dengan hijrah, ada isu politik, dikaitkan dengan hijrah. Ada film bagus, dikaitkan dengan hijrah, dan lain sebagainya.

Hijrah seakan tampil sebagai fenomena yang dipandang negatif karena beberapa faktor. Mungkin bukan karena faktor yang menakutkan, namun lebih kepada perasaan tidak nyaman dicap sebagai manusia gagal di kehidupan ini dan akan masuk neraka laknatullah. Merasa gerah juga dengan preachy2 menyudutkan yang seakan menganggap mereka (orang yang sedang hijrah) sudah pasti masuk surga.

Teman-teman, ketahuilah, itu "oknum". Tidak semua orang yang memilih hijrah seperti itu. Islam itu mendamaikan. Islam itu jauh dari ungkapan “menakutkan” apalagi sebagai teroris. Tidak. Mudahnya saja, kami pemeluk agama Islam disyariatkan selalu mengucapkan salam (Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh) kepada muslim-muslimah baik yang kita kenal, maupun tidak. Teruntuk non muslim, kami disyariatkan memberi salam kebaikan, kehangatan yang lebih umum seperti “Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam”

Bahkan di dalam ajaran Islam, pengikutnya terancam masuk neraka jika membuat tetangganya merasa tidak aman dari kejahatan yang mungkin dilakukan kaum muslim. Seperti yang sudah disampaikan oleh Rasulullah dalam hadits berikut, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya
"Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.
OH IYA!! Hal ini juga termasuk jika ada masjid/mushollah di sekitarmu yang tidak ramah lingkungan. Masjid/mushollah yang suka mencemari lingkungan dengan polusi suara menggunakan speaker ke luar masjid di luar aturan yang berlaku. Jika kamu, teman kamu, atau saudara kamu memiliki keluhan tentang masjid/mushollah yang serupa, silahkan laporkan nama-nama masjid serta alamat lengkapnya ke alamat email yang tercantum di kolom penulis di sebelah kiri tulisan ini. yang kemudian akan aku kumpulkan untuk aku laporkan ke pihak yang berwenang. Mari kita tegakan hukum yang berlaku, baik hukum agama dan hukum negara tentang polusi suara ini. 

Atau jika kamu tipe orang yang keras kepala dengan hukum pengeras suara ini, dengan berdalih, "kafir lo! masa denger ayat al-qura'an aja keberatan!" atau hal yang serupa. Mungkin kamu belum sempat membaca ada peraturan yang mengatur pengeras suara masjid/mushollah di Indonesia. kamu bisa telusuri di google : 
Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor Kep/D/101/1978 tentang Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Musala
atau ada baiknya kamu baca-baca artikel ini atau ini terlebih dahulu. Semoga kita semua selalu diberi Hidayah oleh Allah, aamiiin


Lanjut perkara hijrah, hemat kata, maafkan saudara/i ku yang telah terlanjur menyakiti hati kamu, atau hanya sekedar membuat tidak nyaman scrolling timeline di medsos kamu. Atau bahkan kamu sampai merasa terganggu karena kawan, kenalan, atau bahkan saudara kamu sendiri yang japri ke kamu tentang dakwah-dakwah Islam yang mungkin dengan nada menyerang, merendahkan, atau bahkan mengutukmu. Atas kekhilafan mereka, atas minimnya ilmu kita sebagai orang yang baru mencicipi indahnya Islam. sebagai saudara seiman, aku menghaturkan permintaan maafku kepada teman-teman/saudara sekalian atas ketidaknyamanan ini. semoga berkenan dan dapat masuk di hati teman-teman/saudara sekalian.
maka di tulisan ini pula izinkan aku akan membagi tulisan untuk dua target pembaca, yakni :

 

1. Untukmu yang terganggu dengan fenomena hijrah ini

Jangan takut dan jangan was-was atau merasa terintimidasi dengan kehijrahan mereka. itu jalan mereka yang baru mereka pilih. Mereka memilih hijrah karena menemukan kenikmatan dalam menjalankan agama Islam, dan kembali percaya pada tuhannya. mereka percaya hidup di dunia itu sebentar saja, dan mereka sedang giat-giatnya menabung modal (baca: pahala amal sholeh) untuk pulang kampung ke akhirat nanti saat ajalnya menjemput.


Namun,

Karena masih dalam tahap “baru” berhijrah. Selayaknya baru bisa naik sepeda, atau mengendarai sepeda motor atau menyetir mobil sendiri, pastilah mereka akan senantiasa/rela/ dan merasa tidak sungkan/tidak akan letih untuk berhenti mengendarai kendaraan barunya itu kapanpun, dimanapun. Menikmati setiap detiknya nikmat berkendara. Jauh lebih nikmat dari pada jalan kaki, atau naik kendaraan umum, dan atau menumpang/nebeng kendaraan orang lain.

Begitu juga teman/kenalan kamu atau bahkan netizen lain yang baru saja berhijrah. Mereka sedang dalam euphoria. Mereka sedang berada dalam kegirangan mereka yang terbesar. Apalagi jika mereka sudah paham bahwa, “hidayah/nikmat iman yang ia dapatkan/rasakan saat berhijrah ini adalah NIKMAT/ REZEKI YANG TERBESAR YANG PERNAH ALLAH KASIH untuk manusia”. Coba teman-teman bayangkan sejenak. Jika ada seorang WNI mendapatkan hadiah termewah yang pernah dikasih oleh seorang presiden, bukankah WNI tersebut langsung mampu tergila-gila dengan kebanggaan dari nikmat yang dirasa sangat mewah dan bergengsi? mengapa? karena tidak semua orang mampu merasakan nikmat tersebut.

Maka tak heran, jika ada teman/kenalan kita yang baru berhijrah itu suka “kegirangan” dalam arti over joy sendiri dalam menerima sekaligus menikmati rezeki yang mahal tersebut. Mereka yang disebut baru hijrah ini bukanlah alim/dai. Mereka tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskan ilmu atau pengetahuan agama tanpa dalil ataupun tanpa sumber yang bisa ditelusuri. Kenapa? Karena mereka masih baru. Selayaknya anak baru di sebuah perusahaan, mereka jelas belum tahu secara menyeluruh mengenai hukum-hukum perusahaan secara komprehensif. Dibutuhkanlah usaha belajar dan menjalani hari demi hari mencoba menerapkan hukum-hukum tersebut dalam kegiatan harian (baca:mencoba istiqomah).

Kamu boleh gerah dengan kehadiran mereka. Boleh sekali untuk tidak suka. Siapa yang larang? Kamu merdeka atas dirimu sendiri. Lalu bagaimana solusinya menanggapi oknum hijrah yang keliru ini (teman/saudara kamu yang baru-baru ini mengklaim hijrah), lalu dengan mudahnya mereka mengkafir-kafirkan kamu?
Abaikan saja. :) 
Pun jika kamu masih terganggu dengan “aktivitas dakwah dadakan” mereka yang menjerumus ke penghinaan atau mengutuk kamu sebagai pembaca sebagai ahli neraka, saranku, jadilah manusia yang lembut pula hatinya dengan tidak berbicara di punggung mereka, apalagi mencaci di hadapan mereka. DM/japri saja mereka dengan kalimat santun yang penuh hikmah. Sampaikan keluhan kamu dengan elegan. Tunjukan kepada mereka, bahwa kamu yang belum hijrah ini juga sama kayak mereka yang dulu, hanya butuh waktu dan proses. Atau singkatnya, jika mereka sudah keterlaluan (baca: mengkafir-kafirkan kamu, menilai kamu pasti ahli neraka,dsb) kamu bisa mute atau bahkan unfollow mereka. mudah, bukan? 😇


2. Untuk yang sudah berhijrah

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh 
Tidak ada kata lain yang pantas penulis haturkan selain “alhamdulillah hirobbil ‘alaamiin”.
Segala nikmat yang kita terima saat ini mulai dari jiwa, fisik, segala hal yang melekat pada fisik ini, pengetahuan dunia, ilmu agama, makanan/minuman, oksigen, dunia dan isinya, hingga iman yang tertanam dalam jiwa adalah murni milik tuhan dan pemberiannya kepada kita dalam bentuk titipan. 

Kita hanya diberikan hak pakai saja. Bukan hak milik. Seperti yang sudah kita pelajari yang namanya hak pakai dari barang titipan berarti sangat sah-sah saja pemiliknya ingin menambah, mengurangi, atau bahkan mengambilnya. Itu kepunyaanNya. Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu :)

Tugas kita dalam menyikapi nikmat tidak lain adalah mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan kalimat hamdalah. Adapun dalam mensyukuri nikmat bukan hanya dengan menghaturkan “alhamdulillah”. Pujian terima kasih kepada Tuhan akan nikmat yang diberikan - baik itu yang kita minta atau tidak kita minta, namun juga mempergunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai syariat Islam dan yang Allah cintai.

Seperti yang sudah kita pelajari, misal, untuk mensyukuri nikmat mulut dengan perangkat lengkapnya untuk mengecap, pintu utama asupan tubuh, dan juga untuk berbicara, maka pergunakanlah nikmat tersebut sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu, jadikan nikmat mulut yang kita punya sebagai bentuk ibadah kepada Allah dengan mensyukurinya dan dipakai pada hal-hal yang Allah cintai seperti : makan/minum yang halal, berbicara yang penting atau diam, perbanyak berdzikir, bukan untuk ghibah, berdusta, menyakiti perasaan orang dengan perkataan yang tajam, apalagi hingga mengkafir-kafirkan orang yang belum sempat merasakan kenikmatan islam dengan berhijrah. Mereka sama halnya dengan kita yang dahulu: Islam KTP/ Islam hasil keturunan tanpa belum mengalokasikan waktu untuk membedah ilmu agama lebih dalam. Bisa jadi juga karena mereka belum memiliki informasi yang benar tentang indahnya agama ini, atau mereka masih disibukkan dengan dunia karena mereka sedang membangun mimpi/cita-cita mereka. 

Tugas kita yang sudah berhijrah bukanlah untuk dengan mudahnya “men-judging” mereka kafir/pantas masuk neraka/meninggalkan mereka/dsb. Rangkul mereka, dekati mereka dengan keindahan Islam. Bukankah kita dahulu mulai jatuh cinta dengan islam dengan keindahan, kelembutan, dan kehangatan islam, bukan dengan kekerasan?

Ini bentuk empati dan simpati aku kepadamu, saudara/i ku. Aku sedih saat ada orang/netizen di luar sana membanjiri kolom komentar postingan orang lain dengan redaksi kasar, yang jelas bukan hanya membuat hati pembaca ngilu maupun perih, tapi juga merasa heran dan bertanya, ”oh, jadi kalau hijrah, kata-katanya masih tetap kasar, ya?”

Teman/saudara kita yang belum berhijrah bukanlah ahli neraka, teman-teman. Sungguh kita tidak tahu, keajaiban Tuhan. Kita tidak tahu kapan Allah “menyentuh” hati mereka. dari yang aku tahu, amal kebaikan itu yang penting akhirnya. Pasti kita semua ingat kisah tentang pembunuh 100 orang yang bertaubat, bukan? Sungguh bukanperan kita untuk menilai keimanan seseorang. Sebagai saudara muslim, aku hanya mengingatkan kalau kita fokus saja sama ibadah kita sendiri. Fokus dengan cita-cita kita semua, mengincar surgaNya Allah dengan tidak lupa menapaki bumi. Terus beraktivitas, belajar, bekerja untuk kebaikan dan kebutuhan kita di dunia, hingga tiket ajal sampai kepada kita.
Teman/saudara kita yang belum berhijrah mereka mungkin melakukan dosa atau belum taat, tapi sungguh kita sangat sok tahu bila memandang mereka dari satu sisi saja. Kita tidak tahu, siapa tahu dia lebih berbakti kepada orang tuanya, ramah dan santun kepada tetangganya, kedermawaan mereka sedekah dimana-mana yang kita tidak tahu, atau dengan ibadah malam dia yang dengan sengaja untuk menutupinya dari kita. 

Lupa kah kita, dengan firman Allah.
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
Aku tahu, nikmat iman ini indah, luar biasa sekali rasanya. Jangankan nikmat iman ini, saat kita mendapatkan nikmat makanan/minuman, atau tempat rekreasi, atau lagu, atau film yang sangat kita nikmati, pastilah kita dengan senang hati ingin merekomendasikan ke kerabat atau saudara kita. Maka ini menjadi alasan kita dengan tajuk “dakwah singkat”. 

Tenang saudara/i ku. mereka punya kesempatan yang sama untuk bisa merasakan nikmatnya Islam yang kita rasakan sekarang. Doa kan mereka dalam sujudmu kalau kamu benar sayang dengan mereka. jangan hujat mereka. sayangi mereka. jangan hinakan mereka. 

Toh jika mereka memang pendosa, kita pun dahulu juga gitu. karena tidak ada manusia yang murni suci tanpa pernah melakukan maksiat dan bebas dari dosa. Kita itu manusia, bukan malaikat. Kita semua pasti pernah berbuat salah dan berdosa, yang membedakan adalah pada sikap kita tentang perkara hal-hal dosa itu, mau berusaha menjauhinya dan mau langsung bertobat atau tidak. Mengokohkan iman dengan banyak berdoa dan belajar ilmu agama secara komprehensif, berislam secara kaffah. 

Bukan menghardik dan menyakiti hati saudara/i kita yang belum mendapat kesempatan untuk berhijrah. Selantang apapun suaramu tak akan mampu memberikan hidayah kepada mereka. hidayah hanya milik Allah. Tugas kita hanya berdoa agar hati mereka mampu menerima dan memancarkan cahaya ilahi. Sirami mereka dengan kasih sayang seperti yang Islam perintahkan, bukan dengan kelihaian perkataanmu yang bisa saja semakin tajam hingga membelah hati mereka, memecah keharmonisan hubungan, meretakkan kebhinekaan indonesia.

Tugas kita saat sudah mendapat nikmat iman, islam, hidayah, dan taufiq yang Allah titipkan ke kita ini bukan menjadikan kita menganggap diri kita layak masuk surga/merasa sudah memiliki kavling di surga. Sungguh saudara/i ku, Rahmat dan kasih sayang Allah-lah yang memasukan kita ke dalam surga.

Maka teruslah belajar, teruslah mengharapkan keberkahan hidup dan ridho Allah agar kita selamat dan bahagia dunia-akhirat. Menjaga indahnya kebersamaan dalam perbedaan. Jadilah muslim/ah yang menenangkan hati di sekeliling kita. Jangan berharap kita bisa membahagiakan semua orang. Kamu tak akan mampu.

Popular posts from this blog

SMJ #4 - Nukilan Sandungan

SMJ #2 - Cinta yang (tak) usai

10 September - Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia